Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Bukan Lelaki Impian

Ia datang ketika lagu pembuka sudah dinyanyikan. Pastor dan para petugas liturgi sedang berarak. Karena sedikit keterlambatan itu, ia harus memilih tempat di sebelahku. Biasanya kami tidak ditakdirkan duduk bersama. Tapi kali ini kesempatan itu datang.  Sayangnya aku menduga kalau itu ulah iblis supaya perhatianku tidak tertuju pada Tuhan. Dugaan ini sungguh sangat beralasan karena sejak dia memilih satu bangku denganku, misa hari itu terasa tidak penting. Pikiran macam berkenalan, ngobrol, atau bergandengan tangan sangat ramai di kepala. Sepanjang misa berjalan, pikiran itu mengikuti. Pikiran suci langsung dihancurkan bahkan sejak masih pondasi.  Ketika misa selesai, deret bangku itu menyisakan kami berdua. Hatinya mungkin berdebar-debar kalau-kalau kuajak ia berkenalan. Aku terlalu percaya diri. Sayangnya aku percaya diri hanya di pikiran. Kami tidak berkenalan. Aku permisi dan pergi duluan. Meninggalkannya dan menegaskan bahwa aku bukan lelaki impiannya.