SOAL KOMITMEN

Di Instagram, seorang Pastor berbicara soal komitmen kepada kedua mempelai di hadapannya. Di kolom komentar malah ada yang berujar, "Dia saja tidak menikah, mana tahu susahnya hidup berumahtangga."

Komentar itu sangat tepat. Seorang Pastor mengambil sumpah untuk hidup selibat. Itu artinya tidak menikah. Tapi komentar semacam itu agaknya merendahkan nilai sebuah komitmen.

Hanya karena seorang Pastor tidak menikah, bukan berarti dia tidak tahu berkomitmen. Sumpah hidup selibat juga merupakan sebuah komitmen. Bahkan menurut saya, berkomitmen terhadap kehidupan semacam itu jauh lebih sulit ketimbang hidup pernikahan.

Bayangkan, seorang lelaki normal harus hidup tanpa menikah. Dia punya ketertarikan terhadap lawan jenis, tentu saja, namun harus ia lepaskan demi pelayanan total kepada Tuhan. Ia tidak merasakan yang namanya bercumbu dengan perempuan. Ia tidak bisa menyimpan harta sendiri. Ia harus siap ditempatkan di manapun, meskipun tempat perutusan itu jauh dari keinginannya. Juga, ia harus berhadapan dengan banyak kepala. 

Hidup selibat bukanlah jalan hidup yang biasa. Hidup semacam ini bukan tahap wajar dalam kehidupan manusia. Hidup selibat adalah pilihan bagi orang-orang yang mau menjawab panggilan Tuhan.

Jadi, jika seorang Pastor bisa berkomitmen terhadap kehidupan yang tidak biasa itu, bukankah wajar baginya untuk menasehati kedua mempelai soal komitmen? Bukankah pernikahan adalah tahap wajar dalam hidup manusia?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lelaki Impian

DEMOKRASI YANG RUMIT